Prinsip konstruktivisme adalah inti dari filsafat pendidikan William
James dan John Dewey (John W. Santrock, 2008 : 8). Konstruktivisme menekankan
agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman.
Konstruktivisme dikembang luas oleh Jean Piaget, ia dikenal sebagai seorang
psikolog yang pada akhirnya lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam
proses belajar. Titik sentral teori Jean Piaget adalah perkembangan fikiran
secara alami dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget untuk memahami teori itu
kita harus paham tentang asumsi-asumsi biologi maupun implikasi asumsi-asumsi
tersebut dalam mengartikan pengetahuan
Menurut Piaget seperti yang dikutip Rita L.
Atkinson dkk. ( 2003: 145) bahwa anak harus dipandang seperti
seorang ilmuwan yang sedang mencari jawaban yang melakukan eksperimen terhadap
dunia untuk melihat apa yang terjadi (“Seperti apa rasanya menggigit kuping
beruang Teddy ini?”, “Apa yang terjadi jika saya mendorong piring ini keluar
dari meja?”).
Selanjutnya masih menurut Rita L. Atkinson (2003: 145), hasil dari eksperimen miniatur itu menyebabkan
anak menyusun “teori”, Piaget menyebutnya skemata (atau tunggal, skema) tentang
bagaimana dunia fisik dan sosial beroperasi. Saat menemukan benda atau
peristiwa baru, anak berupaya untuk memahaminya berdasarkan skema yang telah
dimilikinya. Piaget menyebut hal ini proses asimilasi; upaya anak untuk
mengasimilasikan peristiwa baru ke dalam skema yang telah ada sebelumnya. Jika
skema lama tidak adekuat untuk mengakomodasi peristiwa baru, maka anak seperti
layaknya seorang ilmuwan yang baik memodifikasi skema dan dengan demikian memperluas
teori tentang dunia. Piaget menyebut proses revisi skema ini sebagai akomodasi.
Paradigma konstruktivisme oleh Jean Piaget
melandasi timbulnya strategi kognitif, disebut teori meta cognition. Meta
cognition merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur
dan mengontrol proses berpikirnya. Menurut Preisseisen meta cognition meliputi
empat jenis keterampilan, yaitu:
1. Keterampilan Pemecahan Masalah (problem solving),
yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk
memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi,
menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang
paling efektif.
2. Keterampilan Pengambilan Keputusan (decisión making),
yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan
informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternatif,
analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan
alasan-alasan yang rasional.
3. Keterampilan Berfikir Kritis (critical thinking),
yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yaitu
menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar
dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis.
4. Keterampilan Berfikir Kreatif (creative thinking),
yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk
menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
Keterampilan-keterampilan di atas saling
terkait antara satu dengan yang lainnya, dan sukar untuk membedakannya, karena
keterampilan-keterampilan tersebut terintegrasi.
Paradigma konstruktivisme dan teori meta
cognition melahirkan prinsip reflection in action.
Proses reflection
in action merupakan gambaran tentang proses belajar. Seseorang belajar
melalui aktifitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian mengkaji ulang dari pekerjaan
yang telah dilakukannya. Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in
action. Berdasarkan teori ini bahwa proses belajar diawali dari pengalaman
nyata yang dialami oleh seseorang. Pengalaman tersebut direfleksi secara
individual.
Menurut Brooks & Brooks, 2001 seperti
yang dikutip John W. Santrock (2008 : 8) bahwa dalam pandangan konstruktivis,
guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus
mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan,
merenung dan berpikir secara kritis.
0 Comments