Miller (1985) mengemukakan prinsip
pendidikan teknologi dan kejuruan menjadi tiga kategori, yaitu : principles and
people, principles and programs dan principles and process.
Miller memberi penjelasan tentang
prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang berkaitan dengan peserta didik (
principles and people ) yang digolongkan ke dalam 10 prinsip, sebagai berikut:
1. Guidance
– Giudance is an essential component of
vocational education.
Bimbingan merupakan unsur penting dalam
pendidikan kejuruan, dan lebih jauh dari itu dengan bimbingan melalui
pendidikan kejuruan dapat memberikan bimbingan dan tuntunan kepada siswa dalam
rangka hidup dan kehidupannya.Melalui
program bimbingan siswa dapat diarahkan untuk memilih kompetensi (jurusan) yang
sesuai dengan minat dan potensinya. Program bimbingan dapat memberikan gambaran
karir pekerjaan yang sesuai dengan pilihan kompetensi, termasuk tatacara
(langkah) pencapaian tujuan pendidikan kejuruan. Tidak hanya itu, program
bimbingan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap dan jelas (detail)
tentang dunia industri sehingga siswa memperolah gambaran yang cukup untuk
dapat menentukan pilihannya termasuk memilih karir pekerjaan.
2. Lifelong
Learning – Lifelong learning is promoted
through vocational education.
Belajar seumur hidup dipromosikan
melalui pendidikan kejuruan. Prinsip belajar seumur hidup atau secara terus
menerus dapat ditingkatkan melalui pendidikan kejuruan. Dengan adanya
perkembangan IPTEK dan perubahan zaman, melalui pendidikan kejuruan masyarakat
akan selalu dapat menyesuaikan, mengantisipasi dan adaptif. Para pekerja juga
dianjurkan untuk terus belajar baik melalui pelatihan ataupun pendidikan
part-time dengan tujuan untuk meningkatkan intelegensi umum serta meningkatkan
intelegensi industry dan skill.Venn (1964) mengatakan pendidikan berkelanjutan
adalah hal yang penting untuk setiap orang. Sistem pendidikan nasional harus
mengembangkan cara baru untuk memungkinkan individu memperoleh tambahan
pendidikan umum dan skill pekerjaan.
3. Needs
– Needs of the community are reflected by
programs of vocational education.
Kebutuhan masyarakat dicerminkan oleh
program pendidikan kejuruan.Segala kebutuhan masyarakat akan terpenuhi baik
dari kepentingan individu, masyarakat, maupun nasional. Hal ini tergambarkan
pendapat dari Presiden National Metal
Trades Association:Kebutuhan dari pendidikan kejuruan di Amerika sangat besar,
efisiensi industri masa depan secara hebat daat berkembang melalui sistem
pelatihan kejuruan (vocational training)
4. Open
to All – Vocational education is open to
all.
Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua. Pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyediakan
program bagi yang belum terlayani oleh sistem pendidikan umum.Pendidikan
ini terbuka untuk semua masyarakat tanpa kecuali, tanpa membedakan yang kaya
atau miskin, pria ataupun wanita. Hal ini senada dengan Prosser, Snedden,
Dewey, Gompers, yang mengatakan Pendidikan kejuruan sangat potensial untuk
menjadikan pendidikan masyarakat lebih demokrasi. Pendidikan kejuruan
memberikan kebebasan individu/masyarakat untukmenentukan alternatif pilihan
pendidikannya maupun keahliannya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan yang
dimiliki. Dan dikatakan pula “…… vocational education is intended to serve
people of all ages”
5. Placement
– Placement in the next step is a
responsibility of vocational education.
Penempatan di (dalam) langkah
berikutnya adalah suatu tanggung jawab pendidikan kejuruan.Pendidikan kejuruan
lebih bertanggungjawab dalam mencetak dan membentuk individu/masyarakat untuk
dapat menduduki atau menempati di dalam berbagai bidang pekerjaan atau jabatan
di dalam hidupnya. Asumsi dari pernyataan ini dikemukakan oleh Miller sebagai
berikut: “Pendidikan kejuruan secara umum,kurang lebih merupakan format
penawaran bimbingan lapangan kerja dan
tindakan penempatan tenaga kerja untuk lulusan mereka”.
6. Sex
Bias / Stereotyping – Elimination of sex
bias and sex-role stereotyping is promoted through vocational education.
Perbedaan peran pendidikan jenis
kelamin dipromosikan melalui pendidikan kejuruan.Melalui pendidikan kejuruan
dapat menghilangkan anggapan yang salah terhadap pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum
pria saja. Sesuai prinsip baha pendidikan kejuruan tidak membedakan kaum pria
dan wanita, memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan
tersebut. Prinsip ini pada kenyataannya di dunia usaha/industri banyak
memerlukan tenaga kerja baik pria maupun wanita dengan keterampilan dan
penegtahuan yang memadai. Pekerjaan-pekerjaan tertentu malah memerlukan tingkat
ketelitian, kesabaran,kecermatan maupun kehalusan yang tinggi, hal ini
memerlukan tenaga wanita yang berasal dari pendidika kejuruan.
7. Special
Needs – Individuals with special needs are serve through
vocational education.
Individu dengan kebutuhan khusus
dilayani melalui pendidikan kejuruan.Setiap individu/masyarakat mempunyai
keinginan atau kebutuhan yang khusus yang saling berbeda dengan yang lainnya.
Pendidikan kejuruan menawarkan berbagai
program sesuai dengan kebutuhan tersebut.
8. Student
Organization – Student Organizations are
an integral feature of vocational education.
Organisasi siswa adalah suatu corak
pendidikan kejuruan integral.Melalui pendidikan kejuruan dapat dibentuk
berbagai macam kelompok peserta didik yang terorganisir secara melembaga. Dalam
pendidikan kejuruan dapat dibeda-bedakan antara lain: pendidikan/sekolah
teknik, bidang kedokteran, bisnis, ekonomi, pertanan, kehutanan, industri,
management, dan lain sebagainya. “ pada dasarnya semua jenis pendidikan apapun
tidak lain adalah pendidikan kejuruan juga”.
9. Teacher
– Teacher of vocational education are
both professionally and occupationally competent.
Guru pendidikan kejuruan merupakan
komponen guru profesi dan guru jabatan.Guru merupakan komponen utama dalam
pendidikan kejuruan, di samping komponen lain yang harus ada, seperti:
a.
Guru harus berkompeten secara khusus dibidang yang akan diajar
b.
Guru harus mengetahui bagaimana cara memberi pengajaran
c. Guru harus berhadapan dengan suatu
kelompok permasalahan yang melibatkan pengetahuan
siswa dan bisa hadapi secara khusus.
d.
guru harus mempunyai suatu pengalaman mendidik yang luas .
10.
Work Ethic – A positive work ethic is promoted through vocational education.
Suatu etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan
kejuruan.Slamet PH, etos (ethic) dapat diinterpretasikan sebagai kebiasaan,
kecendrungan modal, sikap terhadap sesuatu, atau pandangan hidup yang dimiliki
oleh seseorang. Jadi etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja,
kecendrungan modal kerja atau pandangan hidup tentang kerja. Sehingga dapat
dikatakan semakin tinggi etos kerja seseorang akan semakin tinggi dalam
prestasi kerjanya.Melalui pendidikan kejuruan, seseorang dapat meningkatkan
etos kerjanya, prestasi kerjanya, dan akhirnya dapat menunjukkan produktivitas
yang tinggi. Oleh karena itu dalam pendidikan kejuruan, di samping menekankan
segi skill, tetapi juga segi afektif dan knowlegde pada umunya. Di mana pada
pendidikan non kejuruan tidak akan di
jumpai.
0 Comments